Di dunia ini tidak ada yang lebih kaya daripada orang Tionghoa, begitu kata Ibnu Batutah. Kalimat itu memang pantas dilayangkan karena memang kanyataanya orang Tionghoa-lah yang menguasai jalur perdagangan tak hanya di Asia. Tetapi juga di seluruh dunia. Kedigdayaan ini seolah-olah mengatakan bahwa orang Tionghoamemang kaisar di bidang perdagangan. Namun, kerajaan ini tidak dibangun dalam sekejab. Tetapi dengan prinsip-prinsip perdagangan yang dianut orang Tionghoa selama ribuan tahun. Hal ini pula yang menjadikan mereka sebagai salah satu sumber ilmu perdagangan terpercaya karena kesuksesannya telah terbukti di dunia.
Jangan takut saat berjalan lambat, tetapi takutlah saat berdiam diri, begitu kata pepatah Tionghoa kuno. Bekerja keras! Tulisan itu artinya bekerja keras untuk berusaha. Kata itu ibarat kata keramat yang mendorong pengusaha Tionghoa berhasil dalam bisnisnya. Jika dahulu bapaknya berjualan air di pinggir jalan, anaknya akan membuka restoran dan barangkali cucunya akan mendirikan pabrik yang memproduksi air dalam kemasan.
Perdagangan orang Tionghoa tidak banyak formalitas dan birokrasi. Mereka berusaha menjadikan kegiatan dagang ini semudah mungkin. Jika ingin lebih berhasil dari orang lain, maka tidak punya pilihan, kecuali bekerja dengan lebih keras dan rajin. Persepsi orang Tionghoa pada perdagangan adalah positif. Dunia dagang adalah dunia yang menjanjikan kesenangan, kemewahan dan kebahagiaan.
Perdagangan orang Tionghoa tidak banyak formalitas dan birokrasi. Mereka berusaha menjadikan kegiatan dagang ini semudah mungkin. Jika ingin lebih berhasil dari orang lain, maka tidak punya pilihan, kecuali bekerja dengan lebih keras dan rajin. Persepsi orang Tionghoa pada perdagangan adalah positif. Dunia dagang adalah dunia yang menjanjikan kesenangan, kemewahan dan kebahagiaan.
Pedagang yang jatuh akan merasa sakit. Namun, rasa sakit itulah yang membuatnya bangkit kembali. Ajaran Konfusianisme sudah ditafsirkan kembali dan diberi nafas baru sebagai pencetus semangat bagi orang Tionghoa agar melibatkan diri dalam perdagangan. Berdagang dapat dijadikan sebagai hobi, tetapi bukan untuk mengisi waktu luang. Keuntungan yang diperoleh sebaiknya tidak dibelanjakan. Keuntungan tersebut harus digunakan untuk menambah modal kerja dan melakukan investasi.
Dalam konsep bisnis orang Tionghoa, uang digunakan untuk menghasilkan uang. Konsep perdagangan orang Tionghoa lebih berdasarkan pada prinsip simbiosis, yaitu setiap pedagang saling melengkapi. Mengikuti konsep ini, jika ada pedagang yang menjual barang-barang kecil, pedagang yang lain akan menjual pakaian dan juga keperluan yang lain. Agar perdagangan barang-barang kecil itu bisa hidup, orang Tionghoa akan membuka di restoran di kawasan yang berdekatan letaknya, dan semua bahan makanannya akan diperoleh dari toko-toko di sekitarnya. Dengan demikian, perdagangan di kawasan itu akan semakin berkembang pesat karena sudah terwujud sikap saling membantu dan saling dukung yang kuat di kalangan pedagang.
Pedagang musiman bukan saja tidak dapat berkembang, melainkan juga akan menghadapi masalah modal dan likuiditas, ketersediaan dana yang siap dicairkan, untuk memulai usaha dagangnya. Jangan mengeluh di hadapan pelanggan, apalagi menunjukkan emosi yang negatif. Pedagang Tionghoa membolehkan terjadinya tawar menawar.
Meskipun proses ini memakan waktu dan mengurangi keuntungan, hal ini dapat menggembirakan hati pelanggan. Orang Tionghoa dapat berdagang di kampung Melayu, tetapi orang Melayu belum tentu bisa berdagang di kawasan Tionghoa. Pedagang harus mengetahui bagaimana membedakan antara urusan pribadi dan kegiatan perdagangan. Keduanya tidak boleh dicampuradukkan. Pedagang harus bersikap terbuka dan berlapang dada apabila berhadapan dengan situasi yang sulit. Setelah itu barulah mencari jalan keluar.
0 komentar:
Posting Komentar