Rangkaian pesan dalam sebuah iklan tidak terlepas dari teks dan visual, kedua komponen yang saling mengisi antara satu dengan lainnya dan pada akhirnya memiliki arti tersendiri bagi para penerima pesan tersebut.
Pesan iklan yang melibatkan teks dan visual dapat dikategorikan sebagai saluran komunikasi (channel) non personal. Proses penyampaian pesan yang tidak mendapatkan respon dan umpan balik secara langsung dari para penerima pesannya yaitu pembaca iklan. Tetapi kita tidak akan membahas seberapa besar pengaruh pesan sebuah iklan terhadap pembacanya. Kita akan mencoba memahami bagaimana pesan mempengaruhi benak pikiran pembacanya melalui semiotika.
Semiotika merupakan sebuah teori pemikiran filsafat yang awalnya berkembang di Eropa dan Amerika. Secara etimologis istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti ’tanda’ atau ” seme”, yang berarti ”penafsir tanda”. Semiotika merupakan sebuah studi tentang tanda / makna dan cara tanda-tanda / makna-makna itu bekerja (Sobur, 2004:12). Istilah semiotika lebih dikenal pada filsuf filsafat Amerika dan di Eropa justru lebih dikenal dengan semiologi.
Semiotika menjadi sebuah kekuatan yang menerpa pikiran para pembaca iklan. Tanda / makna dalam sebuah pesan iklan yang tampil dalam bentuk visual akan memberikan dan membangun sebuah penafsiran tersendiri dibandingkan teks bagi para pembacanya. Seorang manusia percaya dengan apa yang ia lihat dan pahami, yaitu wujud visual. Lain halnya dengan teks sebagai wujud bentuk ungkapan yang harus dibaca dari sebuah bahasa yang hanya dimengerti oleh masyarakat tertentu.
Seorang yang tidak dapat membaca pasti akan memahami wujud visual yang di lihatnya. sebuah wujud visual yang diketahuinya berdasarkan pengalaman hidupnya.
Semiotika dalam sebuah pesan iklan akan memberikan pemahaman sebuah kenyataan / realitas kepada pembaca iklan. Semiotika akan menanamkan (encoding) pemahaman sebuah kenyataan yang pada akhirnya tidak dapat dipungkiri oleh pembaca iklan.
Jika kita mendengar sebuah produk rokok dengan merk “Malboro”, maka kita setuju akan persepsi sebuah rokok untuk kalangan pria yang tangguh. Produk rokok “Malboro” berhasil meraih masuk dalam pikiran manusia diseluruh belahan dunia, yang semuanya tidak terlepas dari unsur semiotika dalam pesan iklannya.
Michael Solomon menyatakan 3 hal penting dalam semiotika iklan “Malboro”, yaitu obyek, tanda dan interpretasi.
Jika di tinjau dari sisi obyek iklan “Malboro” merupakan pernyataan sebuah produk rokok. Di tinjau dari sisi tanda iklan “Malboro” menyatakan sebagai produk rokok bagi pria tangguh ala eropa, yang di wakili oleh visual koboi menunggang kuda. Di tinjau dari sisi interpretasi iklan “Malboro” menyatakan sifat individualisme dan eksklusif bagi pemakainya. Indivisualisme di gambarkan seorang koboi berkuda seorang diri di lapangan rumput yang luas.
Disadari bahwa iklan “Malboro” telah mempengaruhi para pemakainya diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Rokok “Malboro” memiliki nilai eksklusif dibandingkan produk rokok merek “Gudang Garam” maupun “Jarum”.
Terbukti semiotika pada iklan “Malboro” telah mempengaruhi benak pikiran para pemakainya. Adakah bentuk komunikasi yang lebih baik dari semiotika?
Daftar Pustaka
Belch George, Michael. 2003. Advertising and Promotion:An Integrated Marketing Communication Perspective Sixth Edition. New York. The McGraw−Hill Companies.
Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/
0 komentar:
Posting Komentar