Perkembangan kewirausahaan secara historis telah dimulai dari sejak berabad-abad sebelum masehi. Dengan kemampuan wirausaha dalam arti kemampuan dalam pengambilan resiko, berinovasi, menerapkan sistematika kerja bangsa mesir dapat membangun piramida, bangsa Cina dapat membangun tembok raksasa, dan Kerajaan Mataram Kuno dapat membangun Candi Borobudur. Kemudian pada abad pertengahan, VOC, perusahaan perniagaan Belanda, menjadi sistem pegumpul bahan mentah rempah-rempah dari Nusantara untuk kepentingan memasok pasar Eropa adalah contoh usaha yang beresiko. Dimana sebelumnya telah dirintis pencarian rute ke timur jauh oleh Marcopolo.
Perkembangan konsep kewirausahaan pada abad pertengahan, digambarkan sebagai seorang yang berani mengambil resiko akan keberanian mengelola proyek dengan kontrak pada harga yang ditetapkan diawal. Pada abad ke 17, konsep kewirausahaan kemudian berkembang dengan menitikberatkan pada konsep resiko. Contoh tokoh wirausaha pada saat itu adalah John Law seorang banker dari Perancis yang membuka perjanjian waralaba perdagangan di daerah (dunia) baru Amerika – perusahaannya disebut dengan Mississippi Company. Perjanjian ini berakhir dengan kerugian, tujuan awal untuk mendongkrak harga saham diperusahaan inti tidak tercapai, yang terjadi perusahaan utama di Perancis mengalami kolaps. Dengan melihat kegagalan Law, Richard Cantillon (ekonom abad 18) memperbaiki cara pandang tentang teori kewirausahaan. Cantillon mendifinisikan wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dicontohkan pada petani, pedagang, pengrajin dan pemilik usaha lainnya yang “berani membeli produk baku pada harga tertentu dan menjualnya pada harga yang belum ditentukan sebelumnya, oleh karena itu orang-orang ini bekerja pada situasi dan kondisi beresiko”.
Kemudian pada abad 18 berkembang pandangan bahwa wirausaha adalah seseorang yang memiliki hasil inovasi dikembangkan bisnisnya dengan menggunakan modal dari pihak lain. Contohnya pada penemuan bola boklam listrik oleh Thomas Edison, bisnis bidang kelistrikan oleh Edison dikembangkan dengan mendirikan General Electric, kini GE merupakan salah satu perusahaan terbesar di Amerika dan dunia. Ketika memasuki akhir abad 19 dan abad 20, perubahan konsep kewirausahaan ditandai dengan pemisahan antara peran manajer dengan wirausaha. Wirausaha mengorganisir dan mengoperasikan usaha untuk keuntungan pribadi. Dia menggunakan inisiatif, ketrampilan, dan kepiawaiannya dalam merencanakan, mengorganisir dan mengadministrasikan perusahaan. Kerugian dan keuntungan merupakan konsekwensi dari kemampuan melihat dan mengontrol keadaan lingkungan bisnis. Carnegie dipertengahan abad 20 menekankan bahwa wirausahawan adalah seorang innovator.
Oleh karenanya wirausahawan akan mereformasi atau merevolusi kondisi yang tidak menguntungkan menjadi lebih menguntungkan, dengan mengekploitasi segala penemuan dan kemungkinan pemanfaat teknologi untuk menggantikan cara lama dalam mengoperasikan bisnis.
Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda secara nilai melalui pengorbanan waktu dan upaya, yang mengandung resiko finansial, psikologis dan sosial, dengan harapan menerima hasil penghargaan secara moneter dan kepuasan pribadi si wirausahawan. Karakteristik wirausaha dapat dilihat dari locus of control atau pengendalian diri atas dimensi internal dan eksternal. Pengaruh dimensi eksternal atau internal sesorang akan menentukan bagaimana sesorang wirausaha mengelola perusahaannya. Pengaruh eksternal antara lain kekuatan lingkungan luar perusahaan sangat dominan, keberhasilan semata karena kemujuran, bisnis yang dilakukan karena keharusan dari apa yang dibaca, dan pengaruh anggota keluarga lebih menentukan keberhasilan. Pengaruh internal antara lain kenyakinan bahwa keputusan harus diambil oleh diri sendiri, kemauan untuk mencoba yang baru walaupun ada kekawatiran beratnya konsekwensi yang akan diterima, kepuasan akan keberhasilan pekerjaan, dan berupaya segera memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Secara internal locus of control dapat dilihat dari sudut, sejauhmana seseorang memiliki keteguhan hati untuk mengatasi kemandekan dalam membentuk usaha baru, juga sejauh mana seseorang memiliki keinginan yang kuat untuk mengelola usaha baru dan menumbuhkannya. Dimensi eksternal dan internal tidaklah menjadi patokan seseorang akan berhasil, kombinasi yang optimal diantara keduanya dapat membantu pengelolaan usaha dengan berhasil. Selain locus of control, kebebasan, kemauan mengambil resiko dan kebutuhan akan berprestasi (need for achievement) merupakan karakteritik lain dari seorang wirausaha. Umumnya, ketiga sifat terakhir sangat menonjol dalam watak seorang wirausaha berhasil.
Di bawah ini adalah hal-hal yang bisa memberikan potensi bagi kewirausahaan (karakteristik wirausahawan yang sukses dengan n Ach tinggi):
a. Kemampuan inovatif, Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
b. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity), bisa merubah sesuatu yang tidak terstruktur menjadi struktur
c. Keinginan untuk berprestasi, dalam kewirausahaan kita harus mempunyai
d. Keyakinan untuk meraih mimpi agar kita bisa mencapi prestasi yang kita inginkan.
e. Kemampuan perencanaan realistis, perencanaan dalam kewirausahaan untuk mengembangkan usahanya harus dengan matang agar bisa memuaskan pelanggan untuk membeli produk kita lagi
f. Kepemimpinan terorientasi kepada tujuan, focus dengan apa yang di capai Obyektivitas, fakta
g. Tanggung jawab pribadi, dalam berwirausaha kita harus mempunyai tanggung jawab penuh untuk mencapai tujuan yang maksimal
h. Kemampuan beradaptasi, dalam memasarkan produk kita bisa beradaptasi di lingkungan atau masyarakat di sekitar
i. Kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator,mampu mengajak orang lain untuk menjadi partnernya.
Untuk kebutuhan usaha baru harus memperhitungkan kebutuhan, dorongan dan aspirasi. 3 kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan ekonomi menurut McClelland yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n Ach), kebutuhan berafiliasi (n Afill) dan kebutuhan untuk berkuasa (n Pow).
Analisa prestasi pribadi, analisa dengan melihat pengalaman yang tidak terlupakan yaitu pengalaman yang sangat memuaskan dan pengalaman yang sangat tidak memuaskan. Pengembangan n Ach, n Ach dapat diperkuat dan dikembangkan melalui program pelatihan. Tahap-tahapnya antara lain:
1. Menyadarkan orang-orang pada potensi mereka untuk mendapatkan karakteristik kewirausahaan. Mereka dilatih untuk membuat rencana, harapan, kesulitan dan mengevaluasi segala tindakan yang telah dilakukan
2. Pengembangan sindrom prestasi. Individu diajar untuk berpikir, berbicara, bertindak dan menyadari orang lain
3. Dukungan kognitif. Tujuannya untuk membantu orang-orang menghubungkan cara berfikir baru dengan asumsi mereka sebelumnya dan cara melihat dunia.
4. Pemberian dukungan emosional peserta di dalam usaha mereka untuk merubah diri.
Sumber : http://dicafab.blogspot.com/2012/01/kewirausahaan-perkembangan.html
0 komentar:
Posting Komentar