Beberapa orang perwakilan dari sebuah kampus swasta yang tidak populer di Kota Bandung menyabet gelar juara dalam sebuah kompetisi bertaraf nasional. Mereka menyisihkan pesaing yang berasal dari berbagai kampus ternama di negeri ini. Masyarakat Kota Bandung belum familiar dengan kampus yang mengusung moto ‘Be the Young Entrepreneur’ ini. Tidak bermaksud mendiskreditkan, jangan tanyakan eksistensinya di bumi persada. Didirikan sekitar 2 tahun yang lalu dan akreditasi perguruan tinggi sedang dalam proses. Tapi kawan, patutlah kiranya kita memberi penghargaan bagi mereka yang tidak patah arang ketika dihadapkan pada realita persaingan di luar sana.
Penulis masih ingat bagaimana rasanya menghadapi sebuah kompetisi. Betul-betul tidak karuan. Persiapan yang sudah matang tiba-tiba lenyap hanya karena down melihat pesaing yang tampak lebih hebat. Setelah semuanya berlalu, baru terpikir seharusnya semua itu tidak sesulit yang dibayangkan kalau kita lebih rileks sedikit dan lebih percaya diri.
Seorang pemuda desa yang sederhana masih belum bisa hidup mandiri di usianya yang sudah lewat 26 tahun. Tidak banyak yang ia lakukan karena percaya waktu akan menunjukkan jalan baginya menuju masa depan yang lebih baik. Apa iya akan semudah itu? Dia memiliki potensi yang mungkin tidak dimiliki pemuda desa pada umumnya, tapi dia tidak mau mengasahnya. Dan kita pasti sepakat bahwa setiap orang dilahirkan dengan membawa potensinya masing-masing. Masa depan memang penuh misteri, tapi kalau saja boleh berandai-andai, seandainya pemuda tadi mau sedikit lebih keras membuka dirinya terhadap informasi yang lebih luas di luar sana, setidaknya ia akan memiliki cara berpikir yang lebih maju. Lingkup kegiatan yang sempit seringkali membuat seseorang merasa puas pada pola pikirnya yang hanya sebatas kotak kecil.
Yup, unprogressive memang tidak hanya disebabkan oleh satu-dua faktor. Harus diakui kendala eksternal akan selalu ada. Jalan kesuksesan tidak dilapisi karpet merah kawan! Jalan kesuksesan dipenuhi kerikil tajam yang siap melukai. Tapi kita harus ingat, Allah SWT telah menganugrahkan sepasang kaki kuat pada kita untuk melalui semua itu. So, syukuri karunia-Nya dan gunakan segenap kekuatan untuk melawan semua penghalang. Itu artinya kendala eksternal pun sejatinya tidak pernah ada. Seseorang hanya diminta untuk menyusun kembali pola pikirnya bahwa jika ia sudah memiliki ketetapan hati, ia hanya tinggal bertekad dan segera melangkah, menggapai apa yang ia inginkan. Mengutip perkataan Rhenald Kasali dalam salah satu buku spektakulernya “Re-Code Your Change DNA” bahwa, APA YANG TERJADI DI LAPANGAN SEBENARNYA TIDAKLAH BEGITU PENTING. YANG LEBIH PENTING ADALAH APA YANG SEBENARNYA BERGEJOLAK DALAM PIKIRAN KITA.
Tapi kawan, tentu lah dibutuhkan kesabaran untuk masuk ke dalam proses berpikir seseorang dan mengubah pola pikirnya. Bener ngga? Iya lah, kalau saja semua itu semudah membalikkan telapak tangan, orang-orang Indonesia yang diberi julukan warga negara berkembang yang ngga maju-maju dari dulu ngga akan jadi budak di negeri sendiri. Buruh jahit di pabrik tekstil punya orang India mungkin ngga akan mau lagi jadi buruh di pabrik itu kalau mereka sadar mereka juga bisa beriwirausaha mandiri dengan membuka ya mungkin awalnya hanya sebuah kios jahit biasa. Tapi setidaknya sudah berhasil membuka cakrawala berpikir kalau mereka mampu dan layak menempuh jalan kesuksesan.
Re-arrange mindset, tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin kan? Bukankah kita sering mendengar, ketika Ia mengatakan terjadi, maka terjadilah...
Langkah awal untuk saat ini kita coba sama-sama membuka diri terhadap apa pun yang positif di luar sana. Tidak perlu mempermasalahkan apa yang tidak bisa kita lakukan, tapi berfokuslah pada semua hal yang bisa kita kerjakan. Jangan menunggu lebih lama, in the name of Alloh, step 1 is processing, selanjutnya berhentilah saat memang harus berhenti, hanya untuk sekedar mengisi kembali kekuatan dan lanjutkan kembali perjalanan. SEMANGAT!!!!
* * * *
0 komentar:
Posting Komentar